500 Guru dan Orang Tua Ikuti Seminar Nasional Personal Branding Anak dari SMA MUHI Yogya
YOGYA – SMA Muhammadiyah 1 (SMA MUHI) Yogyakarta menggelar Seminar Nasional dengan tema “Penanaman Karakter dan Pengembangan Personal Branding pada Anak di Era Society 5.0.” hari Rabu (9/10). Seminar ini dilaksanakan di Grha As Sakinah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta mulai pukul 08.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu rangkaian dari Milad ke-75 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Dalam seminar kali ini, SMA Muhi mengundang dua pakar Bimbingan Konseling yakni Prof. Dr. Uman Suherman, AS, M.Pd., ARHA. Selaku Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang akan memaparkan materi tentang cara membangun personal branding pada anak.
Pembicara kedua adalah Dr. Hardi Santosa S.Pd., M.Pd., selaku Kepala Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang menyampaikan materi tentang Tantangan Pendidikan Karakter pada anak. Kegiatan ini diikuti oleh 500 Guru Bimbingan Konseling dan orang tua dari seluruh Indonesia baik melalui daring maupun luring.
Kepala SMA Muhi Drs. H Herynugroho, M.Pd dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada para peserta seminar dari seluruh Indonesia. Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian Milad SMA Muhi ke-75.
Kepala sekolah memandang dalam menghadapi era generasi society 5.0 ini seorang guru dan orang tua harus menguasai enam kemampuan literasi dasar, seperti literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital. Kemudian literasi teknologi, memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, machine learning, engineering principles, biotech). Terakhir adalah literasi manusia yaitu humanities, komunikasi, & desain.
Kegiatan ini dibuka oleh Pimpinan Majelis Dikdasmen & PNF PWM DIY Dr. Ir. Sumarsono, ST., M.Kom. Menurut Sumarsono, guru BK dan orang tua berperan penting sebagai pembimbing siswa untuk bisa mengenal diri sendiri, memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian diri, serta pengembangan potensi dan minat belajar siswa secara optimal.
Menurut Prof. Uman, modal dasar bagi seorang guru adalah memiliki rasa kepedulian terhadap anak didiknya. Tidak hanya sebatas menyampaikan materi, seorang guru harus peduli terhadap masa depan anak didiknya.
“Bapak dan Ibu, menjadi guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi, akan tetapi, ada sesuatu di dalam diri kita yaitu kepedulian. Peduli kepada masa depan anak didik kita karena kita juga ingin anak kita memiliki masa depan yang baik.
Jadi, modal yang paling utama bagi seorang guru bukan masalah tingginya gelar, bukan masalah kepemilikan sertifikasi sebagai seorang guru, tetapi modal dasar bagi seorang guru adalah kepedulian,” terangnya.
Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd menjelaskan, pendidikan adalah cara memanusiakan manusia untuk menjadi manusia yang dilakukan oleh manusia secara manusiawi dan normatif.
“Pada hakikatnya, yang kita didik ini adalah manusia. Jadi kita perlakukan sebagai manusia untuk menjadi manusia dengan segala karakternya dan tentu hanya bisa dilakukan dengan cara-cara yang manusiawi.
Ini bukan hanya sebatas menjadi seorang guru, tetapi sebagai pembimbing juga karena membimbing itu sifatnya mengarahkan dan tidak memaksakan. Oleh karena itu modal yang pertama pada saat kita bertemu dengan anak didik kita, pahami siapa dia dan kita perlakukan hal yang sama sebagai manusia,” jelasnya.
Prof. Uman menambahkan bahwa sangat penting seorang guru memiliki sebuah personal branding yang positif. Hal ini dilakukan guna memberikan contoh yang baik bagi anak didik, juga untuk mengembangkan potensi serta membentuk watak dan karakter. Guru juga harus mampu membangun personal branding peserta didik.
Langkah awal, siswa perlu diajak mengenal diri sendiri, apa yang disukai, apa yang dikuasai, dan apa nilai-nilai yang dipegang teguh. Lalu, Kemudian, siswa perlu menentukan target audiens, siapa yang ingin dijangkau dengan personal branding yang dibangun.
“Setelah itu, siswa perlu mencari pembeda, apa yang membuat diri pribadi unik dan berbeda dari siswa lain di bidang yang telah ditentukan,” jelasnya.
Pemateri kedua, Hardi Santosa menekankan pentingnya relasi yang dibangun dengan cinta tanpa kekerasan dalam keluarga serta pentingnya jalinan komunikasi yang harmonis antara orang tua dan anak.
"Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak. Di dalam keluargalah, karakter anak mulai terbentuk. Oleh karena itu, hubungan yang penuh cinta dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting," ujarnya.
Acara semakin menarik dengan adanya sesi tanya jawab dengan kedua pemateri. Acara ditutup pukul 11.30 WIB dengan doa bersama. (*)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow