Menuju Seabad Mu’allimaat Yogyakarta
YOGYAKARTA — Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta telah menjadi bukti bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang tidak bias gender. Sebaliknya, Muhammadiyah memandang bahwa perempuan punya kedudukan yang sama mulianya dengan kaum laki-laki.
“Keduanya sama-sama bisa berkontribusi untuk negeri,” tandas Dra Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah 2015-2020, dalam acara launching 1 abad Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Minggu (22/7/2018), yang dihadiri alumni tahun 1975 dan turut menyumbang dana Rp 65 juta.
Bagi Ketum PP Aisyiyah, Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta ini telah menanamkan tonggak sejarah kiprah perempuan Muslim di Indonesia. Dan, Mu’allimaat telah mampu melahirkan kader militan yang bisa berperan untuk umat dan bangsa Indonesia.
Walau sudah seabad lamanya Mu’allimaat bergerak, hal itu bukan berarti perjuangan telah usai. “Mu’allimaat harus terus menjadi wadah perempuan-perempuan Islam yang maju,” tandas Noordjannah Djohantini yang juga menceritakan KH Dahlan dalam semangat berpikir dan bertindak.
Menurut Noordjannah, sejak sebelum Indonesia merdeka, KH Dahlan telah berpikir dan kemudian bertindak. “Salah satunya yakni untuk menjadikan dan menghadirkan sistem pendidikan yang modern dan tidak bias gender,” terang Noordjannah, yang menambahkan inilah Madrasah Mu’allimaat yang lahir pada tahun 1918.
Pada kesempatan itu, Ketum PP Aisyiyah juga mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk melanjutkan apa yang sudah jadi pengkhidmatan KH Dahlan. “Agar bersama-sama bergerak untuk menjadikan Mu’allimaat lebih maju dan semakin berkontribusi untuk bangsa ini,” papar Noordjannah.
Tahun 2018 ini, menjadi tahun yang sangat spesial bagi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Karena, di tahun ini, Mu’allimaat genap berusia 1 abad. “Ini menjadi bukti shahih bahwa Mu’allimaat terus berkembang dan mencetak kader-kader terbaik untuk kemajuan bangsa dan negara,” kata Agustyani Ernawati, S.Pd, Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
Menurut Agustyani Ernawati, Mu’allimaat yang di awal berdirinya bernama Al Qismul Arqa didirikan langsung oleh pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. “Dalam perkembangan mampu bertahan melintasi zaman, mendidik, menempa para siswinya untuk menjadi perempuan berkemajuan,” tandas Agustyani Ernawati, di sela-sela launching kegiatan 1 Abad Mu’allimaat, mulai dari launching logo, tagline dan original sountrack “Satu Abad Mu’allimaat”. Khusus untuk OST lagu Satu Abad Mu’allimaat, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah — yang juga merupakan alumni Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta — yang menciptakan lagu dan diaransemen oleh musisi ternama Indonesia Dwiki Darmawan.
Setelah launching dilaksanakan, masih banyak rangkaian kegiatan yang akan dilakukan Tim Pelaksana Milad 1 Abad: pelatihan ulama pelajar Muhammadiyah yang akan digelar pada 9-12 September 2018 diikuti sekolah-sekolah Muhammadiyah se-Indonesia, yang bertujuan mewujudkan perempuan-perempuan yang faqih di bidang ilmu agama. Dan sebagai pembuka pelatihan ulama pelajar, Mu’allimaat juga akan menggelar satu event khusus untuk remaja: Seminar Nasional “Remaja Berdakwah itu Asyik”.
Sedangkan untuk umum, Mu’allimaat menyelenggarakan seminar Internasional “Peran Perempuan dalam Politik Kebangsaan” pada 25 November 2018, yang selanjutnya akan digelar di lima wilayah di Indonesia: Bengkulu, Surabaya, Jakarta, Makassar dan Yogyakarta.
Kegiatan ini bekerjasama dengan alumni yang tersebar di Nusantara, bertujuan untuk membentuk “Mu’allimaat Fund” guna mendukung pengembangan Kampus Terpadu Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sebagai pusat pergerakan perempuan berkemajuan.
“Blue Print Mu’allimaat Abad Kedua” dan dilanjutkan di uji publik menjadi agenda selanjutnya dengan menghadirkan tokoh-tokoh nasional dan para pakar pendidikan, bertujuan untuk langkah yang akan diambil oleh Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia di masa yang akan datang.
Masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjuangan mencetak kader-kader terbaik persyarikatan, untuk itu Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta akan menyelenggarakan jalan sehat untuk memeriahkan agenda Milad 1 Abad Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
“Peran para alumni dari masa ke masa juga sangat diharapkan untuk bisa berpartisipasi dalam pengembangan Mu’allimaat abad kedua,” papar Agustyani Ernawati.
Oleh karena itu, sebagai puncak acara Milad 1 Abad Mu’allimaat, akan digelar reuni akbar dan malam resepsi yang akan dilaksanakan pada 8 Desember 2018 yang akan dihadiri tokoh-tokoh nasional dan pemerintah.
Tak kalah pentingnya, penyusunan buku kiprah Mu’allimaat dalam mencerdaskan generasi bangsa serta pembuatan database untuk mendata kembali alumni-alumni Mu’allimaat yang telah tersebar di seluruh wilayah, baik nasional maupun internasional.
Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Agustyani Ernawati, S.Pd, mengucapkan terimakasih kepada Dra Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi, selaku Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, yang telah membantu menginspirasi dalam pembuatan syair lagu Milad 1 Abad Muallimaat.
Disampaikan Agustyani Ernawati, nantinya “The Center of Progessif Women Excellent” akan dikelola tokoh perempuan yang ada di Mu’allimaat dan alumni yang tersebar ke berbagai wilayah.
Ke depannya, untuk mengembangkan Mu’allimaat, akan dibangun kampus terpadu di atas tanah seluasnya 5 hektare yang akan menampung 3.000 siswa.
Sementara itu, Badan Pembina Harian (BPH) Madrasah Mu’allimin-Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Drs H Alfian Darmawan, turut senang adanya milad 1 Abad Muallimaat ini, yang menjadi momen penting melihat 38 tahun yang lalu.
Menurut Alfian, Mu’allimaat memasuki abad kedua ini memiliki tanggung jawab dan masa depan sangat panjang.
Ada empat persoalan penting, yang disampaikan Alfian Darmawan, yang masih perlu dibenahi. “Di antaranya sumber daya manusia ditingkatkan, ekonomi juga dikembangkan, jaringan komunikasi dan politik tetap perlu dipikirkan,” kata Alfian yang berharap ke depannya Mu’allimaat menjadi sekolah idaman dan sekolah yang mendunia sebagai sekolah kader perempuan terdepan.
Ketua PP Muhammadiyah yang membidang hubungan antaragama dan peradaban, Prof Dr Syafiq A Mughni, menyampaikan, apa jadinya Indonesia tanpa organisasi persyarikatan Muhammadiyah? “Lebih kecil lagi, apa jadinya Muhammadiyah tanpa Mu’allimaat?” tandas Syafiq A Mughni, yang menyampaikan pertanyaan dan memancing orang untuk memutar ulang fakta sejarah serta berpikir jauh ke depan.
Bagi Syafiq A Mughni, Mu’alimaat adalah sekolah teladan sepanjang masa dan menjadi impian anak-anak muda. “Saya bersyukur, Mu’allimaat sudah berusia seratus tahun dan ke depan perlu dikembangkan sebagai center excellent yang sangat penting bagi Muhammadiyah sekaligus memberi makna penting bagi organisasi ini,” kata Syafiq.
Dari Mu’allimaat inilah dan juga dari Mu’allimin, dikatakan Syafiq, tercetak kader-kader yang tangguh yang memiliki peran penting bagi Indonesia.
Pada kesempatan itu, Syafiq mengatakan banyak tokoh dunia menyatakan pendidikan memang bergerak pelan, tidak instan, perlu proses serta kesabaran. “Namun hasilnya sangat luar biasa,” tandas Syafiq yang optimistis Muhammadiyah ke depan akan lebih maju. “Kebesaran organisasi tidak hanya diukur dari anggota, tapi makna amal usahanya.” (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow