SMK Muhammadiyah Jadi Rujukan Pembelajaran Berbasis Industri 4.0
SLEMAN — Revolusi Industri 4.0 saat ini sangat berdampak pada kehidupan manusia, baik bidang ekonomi maupun pendidikan. Dulu ketika seseorang ingin membuat karya seni seperti meja atau kursi unik, mereka masih menggunakan alat tulis untuk rancanganya. Sekarang, bermodal komputer seseorang dapat membuat rancangan realistis, yaitu dengan menggunakan aplikasi desain tiga dimensi (3D).
Dalam dunia pendidikan sangat perlu diimplementasikan pembelajaran 3D karena hampir semua aspek kehidupan sekarang membutuhkan.
Bidang kedokteran mengembangkan desain 3D untuk membuat pengganti organ tubuh yang rusak, bidang otomotif untuk merancang kendaraan masa depan, bidang hiburan untuk membuat film, bidang arsitektur untuk membuat desain rumah yang realistis, bidang busana untuk merangcang pakaian yang menarik, dan lain-lain.
Pembelajaran 3D harus ditanamkan sejak bangku sekolah seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tidak harus SMK yang mempunyai kompetensi keahlian arsitektur, tetapi semua kompetensi keahlian juga dapat diterapkan pembelajaran 3D.
SMK Muhammadiyah 1 Sleman memiliki tiga kompetensi keahlian.
Menurut informasi yang diperoleh mediamu, SMK Muhammadiyah ini menawarkan tiga kompetensi, yaitu keahlian Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO), Multimedia (MM), dan Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM). Semua kompetensi tersebut menerapkan Pembelajaran 3D yang mencakup desain dan cetak 3D (3D Printing).
SMK Muhammadiyah 1 Sleman merupakan salah satu sekolah rujukan yang menerapkan Pembelajaran Berbasis Industri 4.0 dengan menerapkan Pembelajaran 3D menggunakan 3D Printing. Penerapan Pembelajaran 3D pada kompetensi keahlian TKRO adalah dengan membuat desain bagian terkecil dari mobil seperti mur, baut, piston dan bagian-bagian lain yang memerlukan ukuran dan ketelitian, kemudian dicetak menggunakan printer 3D, dan hasilnya disimulasikan.
Penerapan pada kompetensi keahlian Multimedia adalah membuat karakter 3D dan properti yang dapat dijadikan animasi dan kemudian dicetak menggukan printer 3D untuk dijadikan sebagai action figure dan juga sebagai miniature.
“Pada kompetensi TBSM hampir sama dengan penerapan pada kompetensi keahlian TKRO, akan tetapi lebih spesifik ke bagian-bagian sepeda motor,” jelas Kasyadi, Kepala SMK Muhammadiyah 1 Sleman.
Pembelajaran 3D juga dapat diterapkan untuk membuat kebutuhan-kebutuhan lain yang menunjang kreativitas siswa, seperti pembuatan alat peraga mini yang dapat digunakan untuk simulasi pembelajaran. Selain itu dapat menghasilkan suvenir, plakat, piala, dan sebagainya tanpa harus memproduksi secara masal.
“SMK Muhammadiyah 1 Sleman pada masa pandemi Covid-19 ini juga memanfaatkan 3D printing ketika membuat face shield sebagai APD untuk melindungi guru dan karyawan saat kontak langsung dengan siswa,” tambah Kasyadi. (hr)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow