Milad 68 SMA Muga: Tidak Ada Ilmu yang Instan
YOGYA – Momentum pengajian milad ke-68 SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta diselenggarakan, Kamis (5/8). Acara virtual ini mengundang Muzammil Hasballah (Hafidz dan Qori’) sebagai narasumber dengan tema “Berprestasi dan Bermanfaat di EraPandemi”.
Pengajian dihadiri H. Gita Danu Pranata, S.E., M.M. (Ketua PWM DIY), Drs. H. Akhid Widi Rahmanto (Ketua PDM Yogya), Majelis Dikdasmen PWM DIY, Majelis Dikdasmen PDM Yogya, Ketua PCM Wirobrajan, Fitri Sari Sukmawati, M.Pd. (Kepala SMA Muhammadiyah 3), kepala sekolah SMP dan SMA Muhammadiyah se-kotaYogya, orang tua dan siswa serta keluarga besar SMA Muhammadiyah 3, dan tamu undangan lain.
Fitri Sari Sukmawati mengatakan, prestasi tertinggi adalah akhlak mulia. Ia berharap, usai pengajian, para siswa terinspirasi untuk menghafal Al Qur’an dan mengamalkannya dengan langkah serta gerak dakwah Muhammadiyah yang berkemajuan dan mendunia.
Menurut Muzammil Hasballah, kecerdasan para ulama pada masa lampau sangat luar biasa. Misalnya Imam Al-Bukhari dengan hafalan 1.000 hadits, para ilmuwan dapat menghafal Al Qur’an, syariat, mengerti halal-haram, sekaligus memahami matematika, astronomi, dan lain sebagainya. Mereka membagikan ilmu kebaikan kepada sesama manusia.
Sesuai hadits Rasulullah SAW yang artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat serta semua makhluk yang ada di langit dan bumi, sampai semut yang ada di dalam sarangnya, dan ikan-ikan yang ada di lautan benar-benar sholawat, mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan ilmu agama (kebaikan) kepada para manusia”.
Generasi masa dididik menguasai berbagai bidang ilmu. Berjuang di ranah pendidikan sungguh luar biasa, menuntut ilmu tidak ada yang instan, dan kunci menuntut ilmu adalah sabar. Kesabaran dapat dipelajari dari pribadi mulia Rasulullah SAW.
Sejak kecil Rasulullah SAW diuji dengan cobaan luar biasa. Beliau diuji dengan kehilangan orang-orang terdekat seperti ayah, ibu, kakek, paman, juga istri pertamanya (Khadijah). Selama 40 tahun Rasulullah dibimbing Allah, dan 23 tahun beliau mendapat amanah berdakwah. Seluruh episode kehidupan Rasulullah menggambarkan pendidikan dari Allah SWT bahwa tidak ada ilmu yang instan.
Muzammil menjelaskan, Rasulullah tumbuh di lingkungan yang baik, di perkampungan Bani Sa’adah dimana Bahasa Arabnya sangat terjaga, sehingga beliau memiliki kemampuan jawami’ulkalim (bicaranya singkat, maknanya luas). Dari pengalaman menggembala domba, beliau belajar leadership hingga mendapat gelar Al Amin.
Al Qur’an merupakan mu’jizat dan kurikulum luar biasa. I’jaz merupakan sesuatu yang melemahkan logika dan membuat manusia takjub. Setiap kata dalam Al Qur’an mempunyai berbagai makna luar biasa. Bahkan, satu huruf dalam Al Qur’an dapat mengandung jutaan tafsir.
Ia menyampaikan pesan Surah Al ‘Alaq ayat 1-5 dan menekankan bahwa ilmu itu penting. Kata iqra’ yang artinya bacalah disebutkan dua kali (dalam ayat 1 dan 3) dan kata qalam (pena/media) sebanyak satu kali. Makna iqra’ tidak hanya membaca, juga observasi, meneliti, mengamati fenomena. Disebut dua kali sebagai washilah ilmu bagi manusia, serta agar porsi membaca dua kali lebih banyak dari pada menulis.
“Menuntut ilmu harus dilakukan dengan niat lurus, yaitu untuk beribadah lillahi ta’ala,” tegasnya.
Hakikat Allah SWT menciptakan manusia ialah untuk beribadah termaktub dalam Surah Adz Dzariyat ayat 56 yang artinya “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu”. (*)
Wartawan: Afifatur Rasyidah I.N.A.
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow