Ikat Pinggang Physical Distancing, Inovasi Siswa SMP Muhammadiyah 3 Depok
SLEMAN — Covid-19 masih belum berakhir, bahkan di wilayah tertentu cenderung semakin bertambah. Menjaga jarak merupakan salah satu dari protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19, namun masyarakat masih belum terbiasa akan hal tersebut. Menyikapi kenyataan ini peserta didik SMP Muhammadiyah 3 Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Dimas Afif Ardian menciptakan alat pengingat untuk tetap melakukan physical distancing.
Alat yang diciptakan Dimas bernama Phidis akronim dari (physical distancing) Belt atau ikat pinggang physical distancing. Alat tersebut diciptakan dengan bantuan dan pendampingan dari pembimbingnya. Alat tersebut sudah dilombakan di event Ki Hajar STEM 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan RI. Dari sekitar 30 ribu anak SMP di seluruh Indonesia yang ikut, disaring menjadi 80 besar.
โMasyarakat belum terbiasa atau kadang lupa untuk menjaga jarak,โ kata remaja berusia 13 tahun itu Senin (5/10).
Berangkat dari permasalahan tersebut, dia menginovasikan sebuah alat yang dapat digunakan sebagai alarm atau pengingat ketika sedang berada di kerumunan. Phidis Belt tersebut mempunyai sensor alarm. Jika terdapat benda berjarak satu 1 meter sampai 1,5 meter dari orang yang memakai ikat pinggang tersebut, maka belt tersebut akan berbunyi โDiingatkan dengan bunyi maaf silakan jaga jarak,โ ucapnya.
Siswa yang duduk di bangku kelas 8 SMP ini menyebutkan, untuk membuat alat tersebut ada beberapa bahan yang harus disiapkan. Di antaranya, sensor ultrasonik HC-SR04 sebagai penerima stimulus pantulan bunyi, arduino nano sebagai pemroses data, baterai 18650 yang biasa digunakan untuk senter sebagai sumber tenaga, DVD player atau MP3 sebagai sumber bunyi, MicroSD sebagai penyimpan memori, speaker sebagai pengeras bunyi, dan kabel konektor sebagai penghubung antar komponen.
โPhidis Belt ini merupakan alat portable dan bisa digunakan oleh siapapun dan semua usia,โ jelasnya.
Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 3 Depok, Hasanudin S.Pd.I, M.Pd. mengatakan, ide tersebut tercetus karena melihat kondisi Covid-19 saat ini. Awalnya, tercipta handsanitizer otomatis yang menggunakan sensor tangan. โTernyata itu dimana-mana sudah banyak. Melihat dari konsep sensornya, kemudian kami berpikir sepertinya bisa dibuat alat lain. Maka keluarlah ide tersebut, karena melihat sekarang banyak yang berkerumun, agar ada yang mengingatkan,โ ujarnya.
Untuk pembuatan, alat tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama. โTidak lebih dari satu hari, karena alat yang digunakan juga open source bisa dibeli di pasaran,โ jelasnya. Dikatakan, karena sensor ultrasonik sifatnya memantulkan bunyi, jika ada benda yang bukan manusia di area satu meter sampai 1,5 meter maka akan tetap memantulkan sensor. โKalau buat jalan di lorong, alat itu akan bunyi terus. Kemudian, kami buat solusinya yaitu kami buat on/off,โ terangnya. []
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow