Hikmah Qurban dari Kajian Ahad Pagi Mu’allimin
YOGYAKARTA — Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah mengadakan kajian Ahad pagi dengan tema “Mengambil Hikmah Qurban”. Acara ini dilaksanakan secara daring, Ahad (4/7). Materi disampaikan Ustadz H. Aly Aulia, L.c., M. Hum., yang juga Direktur Madrasah Mu’allimin.
Ia menjelaskan, ibadah Qurban memiliki hikmah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berqurban memiliki manfaat untuk mengikis permasalahan, kesulitan, atau hal-hal dalam menjalani kehidupan. Karena kedekatan dengan Allah menjadi solusi bagi manusia dalam permasalahan kehidupan.
“Qurban bermakna dekat. Qurban dalam bahasa Arab sebenarnya mendapat imbuhan alif dan nun yang artinya superlative, artinya agung, seperti ghufron, rohman. Sedangkan dalam bahasa Arab, Qurban adalah membangun kedekatan luar biasa kepada Allah,” katanya.
Sholat merupakan cara mendekatkan dalam aspek fisik dengan Allah, sedangkan dalam aspek materi adalah Qurban. Maka dalam Al Qur’an kata sholat dan qurban disandingkan (fasholli lirabbika wanhar). Adapun dalam hadits dijelaskan bahwa Qurban merupakan sedekah yang paling utama sejak awal masa kenabian, yaitu Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad, sampai kepada kita. Jadi Qurban merupakan posisi penting sebagai upaya membangkitkan diri untuk bisa dekat dengan Allah.
Menurut Aly Aulia, momentum musim haji dan ‘Idul Adha adalah penting bagi umat Islam. Umat Islam diuji kemampuannya mengorbankan keinginan untuk berpihak pada Allah. Keinginan manusia banyak yang kaitannya dengan materi, contoh, jika seseorang memiliki harta dan ada kedekatan dengan Allah lebih memilih menggunakan hartanya untuk ibadah Qurban dari pada mengelilingi dunia.
“Qurban sebagai bentuk mujahadah dan muhasabah (evaluasi). Jika seseorang berkunjung ke rumah Allah, maka pergilah dengan penuh keikhlasan agar diterima oleh Allah sebagai Tuan Rumah. Kemudian jika seseorang tidak bisa hadir ke rumah Allah, datangkanlah Allah di hati, sama seperti ibadah Qurban dan haji, jika belum bisa maka lakukanlah simbol-simbol keagamaannya, misalnya simbol sa’yi (berusaha), bukit shofa (dengan penuh kesucian), dan melontar jumroh (memusuhi syaithan)”, ujarnya.
Banyak ujian, dan yang menjadi solusi adalah kedekatan kita pada Allah. Innahum kaanuu yusari’una fil khoirat, karena mereka senantiasa dekat kepada Allah, senantiasa mengerjakan sesuatu yang baik. Maka jika ujian disikapi dengan perasaan kebaikan-kebaikan kepada Allah, maka akan datang ketenangan, karena pada Allah terdapat solusi-solusi. (*)
Wartawan: Afifatur Rasyidah I.N.A
Editor: Sucipto
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow